Robert T. Kiyosaki memperkenalkan empat kuadran untuk mengelompokkan cara orang mendapatkan penghasilan. Empat kuadran tersebut secara gamblang memperlihatkan derajat relasi timbal balik antara orang dan uang.
Susunannya berurutan yakni mulai dari yang paling tidak nyaman, yakni saat orang harus bekerja untuk mendapatkan uang, sampai kuadran yang mendekati kesempurnaan hidup yakni saat dikatakan “uanglah yang bekerja” untuk kita.
Kuadran pertama ditempati para employee yakni pekerja yang mendapat upah, berikutnya ditempati self-employed yakni para pekerja lepas, umumnya para professional semisal arsitek atau lawyer (ahli hukum).
Kuadran ketiga adalah tempat bagi para business owner, mereka yang mempekerjakan orang lain dan membayar upah. Kuadran keempat adalah tempat paling nyaman, yakni diisi para investor. Di kuadran ini orang melakukan investasi, saat uang bekerja untuk mereka.
Pada kuadran terakhir, orang dikatakan mempunyai kebebasan finansial dan bisa memanfaatkan waktunya sesuai dengan yang diinginkan.
Perpindahan kuadran bukanlah sekuel evolusi yang berlaku otomatis dan mulus. Bagi kebanyakan orang yang sudah terlalu lama bekerja sebagai karyawan, dan berjuang meniti karir, motivasinya kemudian mandeg ketika sudah merasa aman dengan posisi serta gaji rutin yang diterimanya.
Saat sudah berada dalam zona nyaman, umumnya orang terhenti dan tidak berani mengambil tantangan berikutnya untuk menjadi wirausaha.
Peluang Bisnis Online Top bersama WWP - RWP
Klik Gambar Bukunya..Dapatkan komisinya.. plus pulsa gratis 25 ribu
Namun demikian, banyak juga orang yang ingin bermetamorfosa menjadi wirausaha pada tahap tersebut. Sebab ketika sampai di puncak karir, banyak orang merasa tantangan hidupnya hilang dan hanya merasakan pekerjaan sebagai beban dan rutinitas.
Pada saat itu orang berfikir untuk menjadi wirausaha dan menikmati sisi kebebasan, terutama agar bisa melakukan hal yang disukai.
“Namun bagi orang yang sudah lama berkarir dalam suatu perusahaan, menjadi wirausaha adalah lompatan besar, sebab memasuki wilayah tidak menentu yang penuh risiko. Ketika dihadapkan pada pilihan menjadi business owner atau wiraswasta, alasan paling umum yang menjadi penghambat adalah tidak adanya modal yang mencukupi,” kata Ketua Dewan Komisioner Diplomat Success Challenge (DSC), Surjanto Yasaputera, melalui keterangan resmi, Jakarta, Kamis (18/6/2015).
Dalam kesempatan itu, Wismilak Foundation dan Wismilak Diplomat pun menantang para pekerja untuk keluar dari zona nyaman dan pindah kuadran menjadi wiraswasta. Diplomat Success Challenge (DSC) memberikan hibah permodalan senilai total Rp 2 miliar untuk mengatasi hambatan klasik yang biasa dihadapi calon wirausaha.
“Nominal hibah permodalan yang kami tawarkan, sebenarnya menjawab alasan klasik yang menghambat orang untuk menjadi wirausaha, sebab jumlahnya mencukupi untuk membiayai suatu start up yang reasonable,” tambah Surjanto, yang juga menjabat sebagai Corporate Secretary PT Wismilak Inti Makmur Tbk.
Penulis | : Estu Suryowati | ||||||
Editor | : Bambang Priyo Jatmiko |